Rabu, 27 Februari 2013

Cerita dari CROOZ Cloth

Saat ini clothing dengan berbagai desain unik semakin banyak. Desain-desain unik yang ada pada kaos, jaket, sampai topi pun bisa ditemukan dimana-mana. Namun, yang memiliki ciri khas tersendiri mungkin hanya beberapa di antara distro-distro yang memroduksi kaos-kaos dengan desain yang unik.

Crooz salah satu distro yang memiliki desain unik yang konsisten. Mungkin desain mereka yang menjadi ciri khas sulit untuk diungkapkan melalui kata-kata. “Gimana ya? susah juga sih kalo ditanya ciri khas dari Crooz sendiri,”ujar Dian Putra Agung atau yang dipanggil Kisut (28) mengenai ciri khas Crooz. Ketika ditemui di Crooz, Senin (13/6) siang, ia menceritakan beberapa hal mengenai perjalanan Crooz sampai saat ini.


Crooz sendiri berdiri tahun 2003 yang diprakarsai oleh Max (Adit) dan Ariana. “Mereka berdua orang yang punya passion di musik. Interest di musik. Dan mereka ngefloorin fashion sama musik. Awalnya ya itu, kita tuh memang music base. Benang merahnya ya musik,” jelas Kisut tentang awal berdirinya Crooz. Pada awalnya produk Crooz sendiri hanya dijual kepada teman-teman dari foundernya sendiri, sejak tahun 2003 tentunya. Kemudian, muncul omongan-omongan tentang produk mereka. Setelah itu Crooz mulai mengeluarkan tajinya di dunia fashionJakarta dan Indonesia. Toko yang sekarang terletak di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan ini mulai dibangun sejak tahun 2005. “Tadinya di titip di toko-toko clothingan lain. Terus ada yang ngerequest dibuat lagi bajunya, yaudah dibuat. Di sini aksesnya mudah dan strategis. Kita juga milih di sini karena gak ada saingan dari distro lain yang dulu menjamur di Tebet. Yaudah kita milih di sini karena gak ada siapa-siapa di sini. Yaudah kita mulai dari sini aja,” ungkap Kisut lagi.
 
Kisut mengatakan bahwa nama ‘Crooz’ dipilih berdasarkan filosofi kata ‘Crooz’ sendiri, yaitu ‘berlayar’. “Menjelajah. Kita akan selalu mengeksplor apa yang kita punya. Pada dasarnya manusia kan gak akan pernah puas kan. Makanya kita akan selalu terus mengeksplor, mengeksplor dan mengeksplor,” jelas Kisut. Pada awalnya desain dari Crooz dibuat sendiri oleh Max dan Ariana, beserta teman-temannya yang ikut membangun Crooz dari awal. Hingga sampai sekarang, Crooz sudah memiliki desainer tetap dan ada juga yang desainer yang freelance. Mungkin salah satu ciri khas yang mudah kita ketahui adalah Crooz memiliki desain-desain yang rebel atau berlawanan dengan mainstream kaos sekarang. Seperti yang sering terlihat di jajaran kaos yang mereka jual, desain-desainnya seolah mengajak kita melihat kembali desain-desain atau gambar-gambar unik di era 1980-an. Lalu, gambar-gambar zombie, binatang yang menjadi mutant, tulisan-tulisan dengan pesan perlawanan terhadap hal-hal yang ‘seragam’ dan berbagai macam desain lain yang benang merahnya tetap sama, perlawanan terhadap mainstream (rebel).

Killing Me Inside dan Pee Wee Gaskins merupakan band yang pertama kali di endorse oleh Crooz, kira-kira sejak mereka baru memulai aksinya di belantika musik indie Indonesia, sekitar 2005-2006. “Band-band yang diambil tuh band-band yang mulai dari nol. Seperti Pee Wee Gaskins, Killing Me itu sejak mereka they’re nobody. Kita bantu promosiin musik mereka seperti apa. That’s why, mereka gede sekarang, kita (Crooz) juga ikutan gede. Jadi emang jalannya bareng-bareng,” ujar Kisut tentang awal mulai mengendorse band. Kisut mengatakan bahwa, pertemanan dan sesuatu yang berbeda pada band-band yang di endorse adalah awal dari perkembangan Crooz sendiri. Sekarang, mereka juga sedang gencar memberikan dukungan kepada dua band indie yang sedang merangkak naik, yaitu Chatte dan Jacobs And The Trunks. “Mereka seperti nafas baru. Itu band kita yang baru banget kita support,” jelas Kisut lagi.
 
Target pasar mereka memang sebenarnya tidak direncanakan atau ditargetkan. Namun, dari survey yang mereka lakukan berada di antara anak-anak SMP sampai Mahasiswa atau anak kuliah. Saat ini Crooz sudah menembus pasar internasional. Mereka kini sudah bekerja sama dengan beberapa negara seperti Singapura, Malaysia dan Filipina. Tahun 2009 adalah langkah awal mereka untuk go international. “Awalnya dari pertemanan rekan-rekan di Asia Tenggara. Awalnya mereka kenal Crooz dari band,” tutur Kisut. “Kalo band luar yang di support juga ada juga yang dari Filipina, Singapura, Australia juga ada, Perancis juga,” tambahnya. Selain itu untuk memamerkan karya atau produk Crooz sendiri mereka melakukan tur ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Malang dan Bali. Mereka memang baru mengikuti sebuah festival atau event clothing. Namun, mereka lebih sering membuat event sendiri dan bekerja sama dengan perusahaan clothing lain, seperti Macbeth dan melakukan tur ke beberapa kota besar di Indonesia. Tentu saja tujuannya adalah memamerkan produk mereka dan membantu band-band yang di endorse agar lebih dikenal di kalangan pecinta musik sidestream.

Sejak tahun 2010, Crooz juga membangun Crooz Record. Artis pertamanya adalah Killing Me Inside. Lalu, Thirteen menjadi artis kedua mereka. Ke depannya mereka akan terus membangun band-band yang akan menyaingi pangsa band-band  mainstream. Meski tergolong baru, tetapi boleh dibilang kalau kualitas mereka dan keberanian Crooz untuk memberikan kontribusi untuk musik Indonesia itu sangat besar. Apalagi seperti yang sudah dikatakan Kisut, benang merahnya adalah musik dan rebel. Untuk tahun ini, Crooz Record berencana merilis beberapa band yang siap rilis dan menunjukkan karyanya di belantika musik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar